Jumat, 23 Agustus 2013

JENIS BATUAN


Dilihat dari strukturnya, litosfer terdiri atas berbagai jenis batuan yang perbedaaanya dapat dikenali dari ciri-ciri fisik maupun kimiawinya. Ber­dasarkan proses terjadinya, batuan-batuan tersebut dapat dikelompokkan menjadi batuan beku, batuan sedimen dan batuan malihan atau metamorf. Batuan tersebut semuanya berasal dari ”induk” yang sama yaitu magma.
1. Batuan Beku
Batuan beku terbentuk ketika magma yang bergerak ke permukaan bumi mengalami proses pendinginan. Batuan beku ada yang terbentuk sebelum sampai ke permukaan bumi, ada pula yang terbentuk setelah sampai ke permukaan bumi. Batuan beku yang terbentuk di bawah permukaan bumi memiliki kristal yang bentuknya sempurna dan besar-besar. Hal ini terjadi karena proses pembekuan magma yang sangat lambat sehingga cukup waktu untuk membentuk kristal secara sempurna. Sebaliknya, batuan beku yang terbentuk setelah sampai di permukaan bumi memiliki kristal yang halus, bahkan sama sekali tidak berkristal. Hal ini terjadi karena magma yang sangat panas kemudian membeku secara secara cepat setelah sampai di permukaan bumi. Akibatnya, tidak ada waktu bagi magma untuk membentuk kristal secara sempurna.
2. Batuan Sedimen
Batuan beku yang telah terbentuk, selanjutnya mengalami pelapukan dan penghancuran oleh tenaga asal luar atau eksogen, seperti air, suhu udara, penyinaran matahari, akar tumbuhan dan lain-lain. Hasil pelapukan kemudian diangkut dan diendapkan di tempat baru sehingga terbentuklah batuan endapan atau batuan sedimen.
Batuan sedimen dapat dibedakan berdasarkan kriteria proses pembentukan dan tenaga alam yang mengangkutnya. Berdasarkan proses pembentukan­nya, dapat dibedakan menjadi:
a. Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang susunan kimiawinya sama dengan batuan asal. Artinya, batuan tersebut hanya mengalami perubahan ukuran sebagai akibat proses pelapukan dan penghancuran selama dalam proses pengendapan di tempat baru. Dalam perjalanannya, batuan tersebut mengalami benturan dengan batuan sehingga hancur atau semakin kecil ukurannya menjadi kerikil, pasir, dan lumpur.
b.. Batuan sedimen kimiawi
Batuan sedimen kimiawi terbentuk karena adanya proses kimia pada saat pengendapannya, seperti oksidasi, dehidrasi, penguapan, pelarutan, dan lain-lain. Sebagai contoh, di daerah berbatu kapur atau gamping, air hujan yang mengandung CO2 meresap melalui rekahan. Selama melewati rekahan, air hujan yang mengandung CO2 larut dengan batu kapur (CaCO3), sehingga membentuk larutan Ca(HCO3)2. Larutan kapur tersebut kemudian membentuk stalaktit dan stalagmit.
CaCO3 + H2O + CO2 Ca(HCO3)2
c. Batuan sedimen organik
Batuan sedimen ini terbentuk karena dalam proses pengendapannya mendapat bantuan dari organisme seperti bekas rumah atau cangkang, bangkai binatang laut seperti kerang, terumbu karang, tulang belulang, lapisan humus, kotoran burung guano dan lain-lain.
Batuan sedimen juga dapat dibedakan berdasar­kan tenaga pengangungkutnya. Berdasarkan tenaga pengangkutnya, batuan sedimen dapat dikelompok­kan menjadi:
1). batuan sedimen aeolik oleh tenaga angin.
2). batuan sedimen akuatik oleh tenaga air.
3). batuan sedimen glasial oleh tenaga es.
4). batuan sedimen marin oleh tenaga air laut.
3.. Batuan Malihan/Metamorf
Batuan ini terbentuk karena adanya penambahan suhu dan atau tekanan yang sangat tinggi. Batuan sedimen, kemudian berubah menjadi batuan malihan yang dapat dikelompokkan menjadi:
 
a. batuan malihan termik (kontak) karena penambahan suhu yang tinggi, seperti batu pualam.
b. Batuan malihan dinamik (sintektonik) karena penambahan tekanan yang tinggi yang biasanya karena gaya tektonik seperti batubara dan sabak.
c. Batuan malihan pneumatolitik karena penambahan suhu dan zat bagian magma ke dalam batuan tersebut seperti topas, turmalin (batu permata), azurit (mineral pembawa tembaga). 
sumber : buku ips smp kls 7, Didang

Senin, 05 Agustus 2013

PERISTIWA VULKANISME


Vulkanisme merupakan proses keluarnya magma ke permukaan bumi. Keluarnya magma ke permukaan bumi umumnya melalui retakan batuan, patahan, dan pipa kepundan pada gunung api. Jika magma yang berusaha keluar tidak mencapai permukaan bumi, proses ini disebut  intrusi magma. Jika magma sampai di permukaan bumi, proses ini disebut ekstrusi magma. Magma yang sudah keluar ke permukaan bumi disebut lava.
Proses vulkanisme menghasilkan berbagai bentuk muka bumi antara lain:
(1) kawah, lubang berbentuk mangkuk di puncak gunung api
(2) kaldera, hasil letusan gunung api yang berbentuk seperti kawah tetapi berukuran jauh lebih besar. Karena besar, pada sebuah kaldera dapat terbentuk danau, emisi gas, mata air panas, dan gunung api corong kecil
(3) berbagai bentuk gunung api.
Intrusi magma menghasilkan bentukan-bentukan berikut.
(1) Retas (sill), magma yang membeku di antara dua lapisan batuan yang ada di dalam bumi berupa batuan beku.
(2) Lakolit, bentuk cembung ke atas tetapi datar di bawah akibat magma yang menekan ke atas di antara dua lapisan batuan sedimen.
(3) Gang atau korok, bentukan tipis dan panjang memotong lapisan litosfer secara vertikal atau miring yang berasal dari magma yang membeku ketika berusaha menerobos batuan sedimen.
(4) Batholit, magma yang membeku jauh di dalam bumi.


                                          Sumber Gambar    : zahrasofie.wordpress.com
  
Jenis-jenis erupsi magma
Berdasarkan lubang tempat erupsi, ada dua jenis erupsi magma.
(1) Jika tempat keluarnya magma di permukaan bumi mengikuti patahan atau retakan yang memanjang, erupsi itu disebut erupsi linear.
(2) Jika tempat keluarnya magma di permukaan bumi memusat pada sebuah titik, erupsi itu disebut erupsi sentral.
Berdasarkan proses keluarnya magma, ada tiga jenis erupsi magma.
(1) Erupsi eksplosif, letusan sangat kuat akibat tekanan gas magma dan menyemburkan bahan-bahan vulkanik yang padat dan cair
(2) Erupsi efusif, letusan gunung api, mengeluarkan lava
(3) Erupsi campuran, letusan yang terjadi selang-seling antara eksplosif dan efusif.

Jenis-jenis gunung api
Menurut bentuknya, ada beberapa jenis gunung api.
(1) Gunung api perisai, bentuknya seperti perisai, lerengnya sangat landai, terbentuk karena erupsi efusif magma cair dan encer yang mengalir dan membeku secara lambat yang bentuknya seperti perisai
(2) Gunung api maar, bentuknya seperti trapesium, terbentuk karena erupsi eksplosif yang tidak terlalu kuat dengan letusan hanya sekali sehingga terbentuklah lubang besar (kawah/maar)
(3) Gunung api strato, bentuknya seperti kerucut dan berlapis, terbentuk karena erupsi efusif dan eksplosif dengan beberapa kali letusan yang kuat.

Penyebaran Pegunungan dan Gunung Api
Secara garis besar, terdapat dua rangkaian pegunungan.
(1) Sirkum Mediteran, berawal dari Pegunungan Atlas, Yura, Alpen (Eropa), Kaukasus, Himalaya (Asia), tenggelam dan muncul sebagai pulau-pulau di Kep. Andaman, tenggelam dan muncul sebagai Pegunungan Bukit Barisan, pegunungan di Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, dan berakhir di Kep. Maluku.
(2) Sirkum Pasifik, rangkaian pegunungan yang berawal dari Pegunungan Cordileras De Los Andes (Amerika Selatan), Rocky, Sierra Madre (Amerika Utara), tenggelam dan muncul sebagai pegunungan di Kep. Jepang, tenggelam dan muncul sebagai pegunungan di Kep. Filipina, tenggelam dan muncul sebagai pegunungan di Pulau Sulawesi, dan berakhir di Kep. Maluku.

Jumat, 02 Agustus 2013

Jenis-Jenis dan Persebaran Flora dan Fauna


Jenis-jenis dan persebaran fauna di Indonesia sangat terkait dengan sejarah terbentuknya daratan di Indonesia berawal pada zaman es. Pada masa itu, wilayah Indonesia bagian Barat yang disebut juga Dataran Sunda masih menyatu dengan Benua Asia, sedangkan Indonesia bagian Timur yang disebut juga Dataran Sahul menyatu dengan Benua Australia. Dataran Sunda dan Dataran Sahul juga masih berupa daratan belum dipisahkan oleh laut dan selat.
Keadaan tersebut menyebabkan keanekaan flora dan fauna di Indonesia bagian Barat seperti Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sumatera pada umumnya menunjukkan kemiripan dengan flora di Benua Asia. Begitu pula dengan flora dan fauna di Indonesia bagian Timur seperti Irian Jaya dan pulau-pulau disekitarnya pada umumnya mempunyai kemiripan dengan flora dan fauna di benua Australia. Jadi, Indonesia pada masa itu menjadi jembatan penghubung persebaran hewan dari Asia dan Australia.
Kemudian, pada akhir zaman es, suhu permukaan bumi naik sehingga permukaan air laut naik kembali. Naiknya permukaan air laut mengakibatkan Jawa terpisah dengan Benua Asia, kemudian terpisah dari Kalimantan dan terakhir dari Sumatera. Selanjutnya Sumatera terpisah dari Kalimantan kemudian dari Semenanjung Malaka dan terakhir Kalimantan terpisah dari Semenanjung Malaka.
Seorang berkebangsaan Inggris bernama Wallace mengadakan penelitian mengenai penyebaran hewan bagian Barat dengan hewan di Indonesia bagian Timur.
Batasnya di mulai dari Selat Lombok sampai ke Selat Makasar. Oleh sebab itu, garis batasnya dinamakan garis Wallace. Batas ini bersamaan pula dengan batas penyebaran binatang dan tumbuhan dari Asia ke Indonesia. Di samping itu seorang peneliti berkebangsaan Jerman bernama Weber, berdasarkan penelitiannya tentang penyebaran fauna di Indonesia, menetapkan batas penyebaran hewan dari Australia ke Indonesia bagian Timur. Garis batas tersebut dinamakan garis Weber. Sedangkan daerah di antara dataran Sunda dan dataran Sahul oleh para ahli biografi disebut daerah Wallace atau daerah Peralihan. Mengapa disebut daerah Peralihan? Karena di daerah ini terdapat beberapa jenis hewan Asia dan Australia, jadi merupakan daerah transisi antara dataran Sunda dan dataran Sahul.
1. Sebaran Flora di Indonesia
Flora adalah dunia tumbuh-tumbuhan. Jenis tumbuh-tumbuhan yang ada pada
suatu wilayah belum tentu terdapat pada wilayah lain. Indonesia berada di kawasan sekitar katulistiwa, dengan demikian ditinjau dari iklimnya, termasuk iklim tropis.
Flora di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu hutan hujan tropis, hutan musim, dan hutan sabana tropik. Hutan hujan tropis hidup sepanjang tahun, hutan musim dedaunan rontok pada musim kemarau, sedangkan hutan sabana tropik berupa rerumputan dan semak belukar. Hutan hujan tropis tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Irian atau Papua. Hutan musim banyak tersebar di Jawa bagian timur, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Hutan sabana tropik hanya ada di sebagian kecil wilayah Nusa Tenggara, antara lain di Pulau Sumba dan Pulau Timor.
a. Flora Asiatis
Flora Asiatis terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali. Flora ini terdiri atas:
1) hutan bakau (mangrove) dan rawa gambut di bagian timur Sumatera 2) meranti, rotan, rawa gambut, rawa air tawar di bagian barat Sumatera.
b. Flora Australis
Flora Australis terdapat di Papua dan pulau-pulau sekitarnya. Flora Australis terdiri atas:
1) hutan hujan tropis yang berupa pepohonan tinggi dan lebat;
2) hutan sagu dan nipah;
3) hutan lumut, pada dataran tinggi atau pegunungan.
2. Sebaran Fauna
Dunia hewan atau fauna di Indonesia, secara geografis terbagi menjadi dua wilayah utama, dan satu wilayah peralihan. Wilayah-wilayah tersebut adalah wilayah Asiatis, wilayah Australis, dan wilayah Peralihan.
a. Fauna Asiatis
Fauna di wilayah Indonesia bagian barat banyak menyerupai daratan Asia.
Persebaran fauna di Indonesia bagian barat, yaitu dari wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan hingga Selat Makasar dan Selat Lombok. Fauna di daerah bagian barat ini terdapat banyak binatang menyusui dengan ciri jenis hewan besar.
b. Fauna Australis
Fauna Australis banyak terdapat di wilayah Indonesia bagian timur, berupa burung, dan jenis binatang berkantung.
c. Flora dan Fauna Peralihan
Tumbuhan di daerah pantai hampir sama dengan tumbuhan di Papua, sedangkan yang ada pada daerah pegunungan mirip dengan yang ada di Kalimantan.
Sebagaimana flora, fauna di wilayah peralihan ini berjenis Asiatis dan Australis.
Contohnya antara lain anoa, babi rusa, burung maleo, bengkarung dan komodo.