a. Pelapukan Mekanik
Batuan
yang membentuk kulit bumi, tersusun dari berbagai mineral. Tiap mineral
memiliki koefisien pemuaian yang berbeda-beda. Artinya ada mineral batuan yang
cepat memuai bila kena panas, dan ada mineral batuan yang sulit memuai bila
kena panas.
Mineral batuan yang mudah memuai bila kena panas
juga mudah menyusut bila bila mengalami pendinginan. Pada siang hari ketika
batuan terkena sinar matahari, mineral yang mudah menyerap panas akan lebih
cepat memuai dari pada mineral lain yang sulit menyerap panas. Memuai berarti
volumenya bertambah besar. Akibatnya mineral yang volumenya bertambah besar
akan mendesak mineral-mineral lain sehingga batuan tersebut akan retak-retak.
Pada malam hari suhu udara turun dan batuan mengalami pendinginan sehingga
volumenya menyusut (mengecil). Akibatnya batuan mengalami retak-retak. Proses
ini berlangsung terus menerus setiap hari, sehingga lama kelamaan
batuan yang keras, akan retak-retak dan lepas selapis demi selapis, yang
dimulai dari bagian luar batuan. Akhirnya batuan yang besar tersebut akan
hancur menjadi batu kecil, dan batu kecil akan hancur menjadi kerikil, dan
kerikil akan hancur menjadi pasir dan pasir akan hancur menjadi debu-debu yang
halus. Proses semacam ini disebut pelapukan mekanik.
Pada siang hari,
mineral batuan yang berwarna gelap umumnya cepat memuai, volumenya bertambah
besar (kelabu hitam), sedang pada malam hari volumenya mengecil (putih). Bila
hal ini berlangsung terus menerus maka lama-kelamaan mineral akan retak-retak
(hitam tebal), dan akhirnya pecah dan terlepas dari batuan induknya.
Di daerah empat
musim, pori-pori batuan yang terisi air di musim panas bisa pecah atau retak
karena air dalam pori-pori batuan membeku di musim dingin. Air yang membeku
volumenya bertambah besar sehingga batuan menjadi retak atau pecah. Proses yang
demikian juga termasuk pelapukan mekanik.
b
Pelapukan kimiawi
Pelapukan batuan
juga dapat disebabkan oleh proses kimiawi. Contoh: batu yang keras dapat
ditembus oleh akar tumbuh-tumbuhan, karena tudung akar mengeluarkan zat kimia
yang dapat melapukkan batuan.
Contoh lain
adalah batu kapur yang retak kemudian disusupi air hujan yang mengandung CO2.
Air hujan yang mengandung CO2.. akan melarutkan batu kapur yang dilaluinya.
Lama kelamaan retakan batu kapur akan bertambah lebar dan besar sehingga
akhirnya terbentuk goa-goa kapur. Larutan kapur yang mengendap dan menempel di
langit-langit goa akan membentuk stalagtit dan bila mengendap dan menempel di
dasar goa akan membentuk stalagmite. Kadang-kadang dalam goa kapur terdapat
sungai bawah tanah. Di Gunung Kidul (DIY) air sungai bawah tanah dijadikan
sumber air bersih.
Contoh stalagtit dan stalagmit
Sumber gambar : http://pixabay.com/id/gua-stalagmit-stalaktit-speleothems-756/
c Pelapukan Biologis atau Pelapukan
Organis
Pelapukan
biologis atau pelapukan organis adalah lapuknya batuan yang disebabkan oleh
makhluk hidup, baik oleh tumbuh-tumbuhan, hewan maupun manusia. Akar
tumbuh-tumbuhan yang makin membesar dapat menyebabkan retak atau hancurnya
batuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Ujung akar yang mengeluarkan
cairan dapat menembus batuan melalui pelapukan kimia. Demikian pula berbagai
jenis jamur, lumut, dan bakteri yang melekat pada permukaan batuan Demikian
juga berbagai jenis hewan seperti semut, cacing, anai-anai, tikus, dapat
membuat lubang pada batuan dan melapukkan batuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar