Letak kerajaan
Sriwijaya adalah di Sumatra Selatan dekat Palembang sekarang. Kerajaan ini
berdiri pada abad VII M. Pusat kerajaan belum dapat dipastikan, tetapi sebagian
besar para ahli berpendapat bahwa Palembang sebagai pusat kerajaan Sriwijaya.
Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di Asia Tenggara seperti yang diberitakan
oleh I Tsing seorang musafir Cina yang belajar paramasastra Sansekerta di
Sriwijaya. Beberapa prasasti peninggalan Sriwijaya :
a. Prasasti
Kedukan Bukit
b. Prasasti
Talang Tuo.
c. Kota Kapur di
Bangka.
d. Prasasti
Telaga Batu.
e. Prasasti
Ligor di tanah genting Kra. Berangka tahun 755 M
f. Prasasti
Karang Brahi.
g. prasasti
Bukit Siguntang.
h. prasasti
Palas Pasemah.
Sumber-sumber
lain mengenai Sriwijaya ialah berita dari Cina, Arab dan India. I Tsing
bekerjasama dengan Sakyakirti menulis kitab Hastadandasastra yang pada tahun
711 disalin I Tsing ke dalam bahasa Cina. Sumber dari tambo dinasti T’ang.
Dinasti Sung, dari Chau You Kwa dalam bukunya Chu Fan Chi, dan lain-lain.
1).
Perkembangan Kerajaan Sriwijaya.
a. Faktor-faktor
yang menguntungkan Perkembangan Sriwijaya, sehingga menjadi kerajaan besar,
maritim nasional Indonesia, antara lain :
•
Faktor geografis, letaknya yang strategis dalam jalur dagang antara India dan
Tiongkok, lebih ramai setelah jalan darat India – Tiongkok terputus.
•
Muara sungai di Sumatera lebar dan landai mudah dilayari.
• Faktor
ekonomis, di Sumatera banyak hasil untuk diperdagangkan, misalnya penyu,
gading, kapur barus dan lain-lain.
• Keruntuhan
kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan Kamboja, yang dulunya sangat berperan
di Asia tenggara, pada abad VII runtuh, dan digantikan Sriwijaya, cepat
berkembang sebagai negara maritim.
b. Sistem
Pemerintahan dan Perluasan Daerah.
Kerajaan
Sriwijaya terus melakukan perluasan wilayah. Raja yang terkenal adalah
Balaputradewa. Pada masa pemerintahannya Sriwijaya mencapai jaman keemasan.
Balaputradewa merupakan keturunan dari Dinasti Syailendra. Sriwijaya sudah
mengadakan hubungan dengan Cina. Sriwijaya sudah mempunyai hubungan dengan
India, yang tertulis dalam prasasti Nalanda yang isinya menyebutkan bahwa
sebuah biara telah dibangun oleh Raja Dewapaladewa dari Benggala. Atas perintah
Raja Balaputradewa, maharaja di Suwarnadwipa.
c. Agama yang
berkembang di Sriwijaya.
Berita I Tsing
mengatakan bahwa Sriwijaya maju dalam agama Budha, di samping itu juga berperan
sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan agama Budha. I Tsing belajar
tata bahasa Sansekerta selama enam bulan di Sriwijaya. Ilmu keagamaan (teologi)
Budha di pelajari di Sriwijaya. Pendeta Budha yang terkenal adalah Sakyakirti.
Mahasiswa dari luar negeri datang di Sriwijaya dulu, sebelum belajar lebih
lanjut ke India. Peninggalan candi di Sriwijaya terletak di Muara Takus dekat
sungai Kampar di daerah Riau, juga di Bukit Siguntang ditemukan Arca Budha
d. Segi
Ekonomis.
Sriwijaya
sebagai pusat perdagangan, menjadikan Sriwijaya sebagai negara yang makmur bagi
rakyatnya, sebagai pelabuhan yang dilewati kapal-kapal dagang, mendapat
pemasukan dari pajak. Hasil dari Sriwijaya yang banyak diperdagangkan adalah :
gading, beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas dan sebagainya.
Sriwijaya sebagai negara maritim merupakan negara yang mengandalkan
perekonomiannya dari kegiatan perdagangan dan hasil laut. Untuk stabilitas
kerajaan Sriwijaya juga membentuk armada laut yang kuat, supaya dapat mengatasi
gangguan di jalur pelayaran perdagangan.
2).
Kemunduran dan Keruntuhan Sriwijaya.
Faktor Ekonomi :
Sriwijaya mengalami kemunduran pada abad X M, setelah terjadi persaingan
ekonomi antara Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Medang di Jawa Timur. Faktor
Politik : Sriwijaya yang semula menjalin hubungan baik dengan Colamandala,
akhirnya terjadi permusuhan, Colamandala menyerang dua kali (tahun 1023 dan
1068 M) ke Sriwijaya. Walaupun tidak mengakibatkan hancurnya Sriwijaya, namun
serangan ini memperlemah keadaan pemerintahan di Sriwijaya.
Faktor wilayah : yang
makin memperlemah posisi Sriwijaya. Misalnya: banyak daerah kekuasaan Sriwijaya
yang melepaskan diri. Kerajaan Singasari di Jawa Timur juga menyerang ke
Sriwijaya lewat ekspedisi Pamalayu (1275). Serangan yang hebat dari kerajaan
Majapahit pada tahun 1377, kemungkinan besar menjadi penentu untuk mengakhiri
riwayat Sriwijaya.
Sumber : Buku IPS BSE kelas VII
Tidak ada komentar:
Posting Komentar